Selasa, 10 Desember 2013



Silsilah Raja Singhasari


a.                  Tunggul Ametung

Seorang awuku di Tumapel yang masuk wilayah Daha (Kadiri) di kuasai oleh raja Kertajaya (Dandan Gendis). Mempunyai seorang istri  yang bernama Ken Dedes, dan juga  mempunyai seorang anak bernama Anusapati. Kedudukannya sebagai awuku pun berakhir pada saat dibunuh oleh Ken Angrok, sebab mengapa Ken Angrok membunuh Tunggul Ametung ialah karena tertarik dengan istrinya. Pada suatu malam, saat membunuh awuku  ia menggunakan sebilah keris buatan Pu Gandring, pembunuhan ini dilakukan sangat terencana dan rapi, sehingga seolah-olah bukan Ken Angroklah yang membunuh Tunggul Ametung. Setelah dibunuh, Ken Angrok lah yang menggantikannya sebagai awuku di Tumapel dan juga memperistri Ken Dedes.



b.                  Ken Angrok 1222-1227

Ken Angrok lahir di Desa Pangkur, disebelah timur Gunung Kawi, ibunya bernama Ken Endok, bersuamikan seorang petani yang bernama Gaja Para. Disaat ken Endok mengirim makan untuk suaminya disawah beliau ditemui dewa brahma dari Tegal Lalateng. Brahman ini mengatakan kepada bahwa bayi yang akan dikandungnya akan menjadi raja di Jawa dan jangan berhubungan lagi dengan suaminya, setelah lima hari berikutnya Gaja Para meninggal. Lahirlah bayi Ken Angrok yang dibuang oleh ibunya, dan ditemukan oleh seorang pencuri dan dijadikan anak angkat. Menurut kitab Pararaton “mengurai kenakalannya dimasa muda, setelah dewasa berkelana ke timur gunung kawi sebagai penuri, perampok, pembunuh dan pemerkosa, sehingga banyak orang tumapel mengejar-ngejarnya tapi berhasil kabur”. Seorang brahmana Dangyang Lohgawe mencari Ken Angrok untuk dijadikan anak angkatnya, dari perantara seorang brahmana Ken angrok dipercayai dan mengabdi kepada awuku  di Tumapel bernamaTunggul Ametung. Selama mengabdi dengan awuku, Ken Angrok tertarik dengan istrinya bernama Ken Dedes,  suatu malam Ken Angrok membunuh Tunggul Ametung dengan keris buatan Pu Gandring , pembunuhan itu dilakukan sangat terencana dan rapi, sehingga seperti bukan Ken Angroklah yang membunuhnya.
Sepeninggalan awuku Tunggul Ametung, Ken Angrok memperistri Ken Dedes dan mengganti sebagai awuku  di Tumapel. Setelah lama menjadi awuku  beliau dimintai pertolongan oleh pendeta brahmana, karena saat itu terjadi perselisihan antara Raja Daha(Kadiri) dan pendeta brahmana. Pendeta brahmana menobatkan Ken Angrok menjadi Raja di Tumapel dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwwabhumi dan memakai nama Bhatara Guru. Akhirnya Ken Angrok menyerang Daha(Kadiri) di dekat Ganter.    Menurut Soekmono (1973:61)”semua peristiwa itu memberi alasan kepada raja Kertajaya di Kadiri untuk bertindak kepada terhadap Ken Angrok dan raja Kertajaya mengalami kekalahan mutlak (1222 M)”, tapi berbeda dengan pendapat  Soejono(2010:423) “menyerang ke Daha melawan raja Dandang Gendis. ... Ken Angrok dapat mengalahkan raja Dandang Gendis dan bala tentaranya (1222 M)”. Dari kedua pernyatan tersebut ada ketidak samaan nama raja tetapi memerintah tahun yang sama, ternyata dari pernyataan ada dua sumber yang berbeda yaitu kitab  Nagarakrtagama dan kitab  Pararaton. Ibukotanya terletak di Tumapel (Singhasari) yang resminya Kutraja. Setelah memenangkan peperangan Ken Angroklah raja pertama Singhasari dan sebagai pendiri dinasti Rajasa, selama memeritah di Kerajaan Singhasari belum ada prasasti yang ditinggalkan oleh Ken Angrok. Pada tahun 1227 M, Anusapati membunuh Ken Angrok dengan disuruhnya seorang pangalasan dari Batil yang saat itu Ken Angrok sedang makan pada waktu senja dengan menggunakan keris buatan Pu Gandring. Karena Anusapati mengetahui dari Ibunya Ken Dedes bahwa Ken Angrok bukanlah ayahnya dan ayahnya adalah Tunggul Ametung. Dicandikan di Kagenehan selatan candi Singhasari dalam bangunan suci Agama Siwa dan Budha.



c.                   Anusapati  1227-1248

Setelah membalas dendamkan ayah dengan membunuh Ken Angrok, setelah itu Anusapati menjadi raja dibumi Singhasari. Menurut Soekmono (1973:63) menyebut “pemerintahan Anusapati (juga disebut Anusanatha) berlangsung dengan aman dan tentram”. Benarkah begitu tetapai menurut Soejono (2010:427) menyebutkan “Anusapati menjadi raja yang memerintah selama kurang lebih dua puluh satu tahu, yaitu dari tahun 1227 M—1248M. Selama pemerintahannya  iu tidak banyak yang diketahui”. Dari kedua buku tersebut belum tahu mana yang bernar, karena belum ada bukti lain seperti prasasti yang menulisakan pemeritahan Anusapati. Kemudian lama-kelamaan berita kematian Ken Angrok diketahui oleh Tohjaya anak Ken Angrok dengan Ken Umang, akhirnya Tohjaya membunuh Anusapati pada saat menyabung ayam. Akhirnya tahun 1248 M Anusapati dibunuh dani di dharmakan di Kidal.

d.                  Tohjaya 1248

Berita pararaton mengenai gesernya kekuasan Anusapati ke Tohjaya berlainan dengan prasati Mula-malurung, yang mengatakan Tohjaya tidak menggantikan Anusapati melainkan menggantikan adiknya yang bernama Nararyya Gunging Bhaya. Di dalam prasasti Tohjaya dan Gunging Bhaya sebagai paman  Nararyya Smining Rat(Wisnuwardhana), prasasti ini menyebut setelah Nararyya Gunging Bhaya meninggal diganti oleh Tohjaya. Setelah itu Tohjaya berkuasa hanya beberapa bulan saja tahun 1248. Menurut Soekmono (1973:63) bahwa “ Rangga Wuni, anak Anusapati, untuk berganti menuntut balas kematian ayahnya. Tohjaya sempat melarikan diri, tetapi luka-luka akibat dalam pertempuran akibat serangan Rangga Wuni dan akhirnya meninggal”. Berbeda juga dalam pernyataan Soekmono (2010:430) yang mengatakan “ orang-orang Rajasa dan orang-orang Sinelir menyerbu keistana. Dalam penyerbuannya Tohjaya luka kena tombak, kemudian diusung dan diusikan pengikut-pengikutnya ke Katalambung dan meninggal”. Dari pernyataan ini intinya bahwa Tohjaya meninggal dan dicandikan di Katanglumbung.




e.                   Wisnuwarddhana 1248-1268

Singhasari digantikan oleh Rangga Wuni yang bergelar Sri Jayawisnuwarddhana yang didampingi oleh Mahisa Campaka anak dari Mahisa Wonga Teleng sebagai ratu Angabhaya dengan gelar Narasinhamurrti, yang memeritah bagaikan Wianu dan Indra. Prasasti Wisnuwarddhana tahun 1255 tenteng pengukuhan Desa Mula dan Desa Malurung menjadi sima dari Sang Pranaraja dan keturunan yang berjasa kepada raja. Dalam prasasti ini Wisnuwarddhana disebut Nararyya Smining Rat istri Nararyya Waning Hyung, anak pamannya. Sepaninggalan Tohjaya penjabat di pimpin oleh Sang Pamget Ranu Kabayan Sang Apanji Patipati yang menobatkan Nararyya Smining Rat menjadi raja Tumapel. Tahun 1264 mengeluarkan  prasasti Desa Maribong yang hanya satu ditemukan lempengan. Prasasti lain yaitu prasasti Pakis wetan menyebutkan bahwa Kertanegara sudah menjadi raja yang dijelaskan dalam kakawin Nagarakrtagama Wisnuwarddhana telah menobatkan anaknya menjadi raja tahun 1254 M sebagai penerus tahta kerajaan. Tahun 1268 Wisnuwarddhana meninggal dan dicandikan di Waleri dalam perwujutan Siwa dan Jajaghu (Candi Jago) sebagai budha Amoghapasa.




f.                   Kertanagara 1268-1292

Berikutnya giliran Kertanagara yang menggantikan ayahnya Wisnuwarddhana, yang dahulunya sudah menjadi raja dibawah pengawasan ayahnya seperti yang ada dalam prasasti sarwwadharmma. Pada masanya terkenal dalam politik dan bidang keagamaan, dalam bidang politik seperti perluasan daerah-daerah disekitar Singhasari dan sampai keluar Pulau Jawa. Pada tahun 1270 M pemerintahannya meredam pemberontakan Kalana Bhaya dan pemimpinnya mati, 1275 M mengirim ekspedisi untuk menaklukan Melayu, 1280 raja menaklukkan Mahisa Rangkah, 1284 menakhlukkan Bali, raja yang ditawan dibawa ke Singhasari. Daerah tersebut iyalah seluruh Pahang, seluruh Melayu, seluruh Gurun, seluruh Bakulapura, Sunda, Madura, dan seluruh Jawa dikuasainya. Prasasti yang tertera dibelakang arca Camundi desa Ardimulyo tahun 1292 M yang berisi Kertajaya menang diseluruh wilayah dan menundukan semua pulau-pulau lain, prasasti alas amogapasa dari sungai langsat tahun 1286 M bahwa Melayu sudah tuduk kepada Singhasari. Tindakan Kertanegara meluaskan wilayah ada sebabnya yaitu ancaman dari Cina tahun1260 Kaisar Shin-tsu Khubilai Khan yang mendirikan dinasti Yuan tahun 1280, yang meminta pengakuan  kekuasaan dari negara-negara yang belum mengakui kekuasaan raja Cina dari Dinasti Sung, kalau tidak mengirim upeti akan dipaksa oleh kekuatan senjata. Jawa tidak luput dari ancaman dengan mengirim utusan tahun 1290 yang menyuruh salah satu pangeran untuk tunduk kepada Dinasti Yuan, dari sinilah Raja Kertanagara merubah pandangannya.
Dalam bidang keagamaan Kertanagara berusaha menyetarai raja dari Cina dengan menganut agama Budha tantrayana dari aliran kalacakra, aliran ini di jawa disebut          Siwa-Brairawa. Raja Kertajaya dalam kakawin Negarakrtagama sebagi raja tiada banding dari raja dahulu yatu paham segala ilmu-ilmu. Dari sini Kertanangara merpersiapkan fisik dan spiritual, setelah merasa kuat utusan Kubhilai Khan datang dengan tunduk kepadanya tahun1289 M tetapi ditolak dan dilukai, sehingga itu yang menybabkan penghinaan besar dan tanda Perang. Pada tanggal 1292 tentara Mongol datang menaklukkan Jawa yang dipimpin oleh panglima Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing, dari sinilah runtuhnya Kertanagara. Berikutnya  juga dari Jayakatwang, keturunan raja Kertajaya (Kadiri) karena ingin menuntut balas dendam leluhurnya, disini menurut Kitab Pararaton jayakatwang dibantu oleh Arya Wiraja, adipati Sumenep yang jauh dengan kekuasaan Kertanagara, menyerang pertengan bulan Mei dan bulan Juni 1292, tentara kadiri dibagi menjadi dua arah utara dan selatan, Wijaya dan Arddharaja menyerang dari utara dan Jayakatwang menyerang dari selatan dan berhasil membunuh raja Kertanagara pada saat mabuk-mabukan. Sumber lain mengatakan bahwa Kertanagara meninggal bersama brahmana, bisa jadi raja sedang mengadakan upacara keagamaan.Kertanagara dicandikan di Singhasari dengan tiga perwujutan yang melambangkan trikaya : Siwa-Budha bentuk Bhairawa(nirmanakaya), Ardhanari lambang(sambhogakaya), Jina bentuk Aksobhya(dharmmakaya) dan tafsiran lain mengenai percandian raja Kertanagara yaitu Jajawa candi Jawi dekat Prigen (Malang).


  Sumber: sejarah nasional indonesia(Hindu-Buddha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar